Suluk Wijil

9 Sang Arif berkata lembut “Hai Wujil, kemarilah!” Dipegangnya kucir rambut Wujil Seraya dielus-elus Tanda kasihsayangnya “Wujil, dengar sekarang Jika kau harus masuk neraka Karena kata-kataku Aku yang akan menggantikan tempatmu” ... 11 “Ingatlah Wujil, waspadalah! Hidup di dunia ini Jangan ceroboh dan gegabah Sadarilah dirimu Bukan yang Haqq Dan Yang Haqq bukan dirimu Orang yang mengenal dirinya Akan mengenal Tuhan Asal usul semua kejadian Inilah jalan makrifat sejati”

Jumat, 26 Oktober 2007

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


"Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha-suci Allah Tuhan semesta alam." (QS. Al A'raaf, 7:54)


"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada atara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad, 38: 27)

"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-30)

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)." (QS. An-Nahl, 16: 12)
"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, dan masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Faathir, 35: 13)

Kebenaran yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.

Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.

Pertama, penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

"Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101)

Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil:

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiyaa', 21: 30)

Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" yang berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa "Kami pisahkan" diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.


PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


"Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha-suci Allah Tuhan semesta alam." (QS. Al A'raaf, 7:54)


"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada atara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad, 38: 27)

"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-30)

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)." (QS. An-Nahl, 16: 12)
"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, dan masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Faathir, 35: 13)

Kebenaran yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.

Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.

Pertama, penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

"Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101)

Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil:

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiyaa', 21: 30)

Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" yang berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa "Kami pisahkan" diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.


PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA


"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada atara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka." (QS. Shaad, 38: 27)

"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya. Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya." (QS. An-Naazi'aat, 79: 27-30)

"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)." (QS. An-Nahl, 16: 12)
"Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, dan masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari." (QS. Faathir, 35: 13)

Kebenaran yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah.

Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.

Pertama, penciptaan alam semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

"Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu." (QS. Al An'aam, 6: 101)

Aspek penting lain yang diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan modern Dentuman Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika diciptakan, alam semesta menempati volume yang sangat kecil:

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (QS. Al Anbiyaa', 21: 30)

Terjemahan ayat di atas mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya, bahasa Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" yang berarti "bercampur, bersatu" dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa "Kami pisahkan" diterjemahkan dari kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi dengan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah adalah salah satu tindakan yang menggunakan kata kerja ini.


Rabu, 24 Oktober 2007

KHALIFAH DI BUMI - DARIPADA ADAM KE

http://ibnuabbas.wordpress.com

KHALIFAH DI BUMI - DARIPADA ADAM KE GENERASI SETERUSNYA

Oleh DR. ZULKIFLI BIN MOHAMAD AL-BAKRI


KURNIAAN Allah dan limpahan rahmat serta nikmat terhadap hamba-Nya bermula daripada penciptaan sehinggalah penguasaan mereka terhadap segala yang ada di bumi. Lantas Allah mengiringi ayat seterusnya berhubung dengan mukadimah penciptaan Adam.

Begitu juga kurniaan ke atas mereka, iaitu kemuliaan yang diberikan kepada Adam a.s. dengan menjadikannya sebagai khalifah dan meletakkannya di negeri yang penuh kemuliaan, di samping arahan kepada semua malaikat untuk bersujud kepadanya sebagai lambang kemuliaan dan penghormatan.Justeru amatlah munasabah Allah mengingatkan mereka dengan segala nikmat tersebut yang dikurniakan-Nya kepada mereka.

DAN (INGATLAH) KETIKA TUHANMU BERFIRMAN KEPADA MALAIKAT: “SESUNGGUHNYA AKU HENDAK MENJADIKAN SEORANG KHALIFAH DI BUMI.” MEREKA BERTANYA (TENTANG HIKMAT KETETAPAN TUHAN ITU DENGAN BERKATA): “ADAKAH ENGKAU (YA TUHAN KAMI) HENDAK MENJADIKAN DI BUMI ITU ORANG YANG AKAN MEMBUAT BENCANA DAN MENUMPAHKAN DARAH (BERBUNUH-BUNUHAN), PADAHAL KAMI SENTIASA BERTASBIH DENGAN MEMUJI-MU DAN MENSUCIKAN-MU?” TUHAN BERFIRMAN: “SESUNGGUHNYA AKU MENGETAHUI AKAN APA YANG KAMU TIDAK MENGETAHUINYA.

(Al-Baqarah ayat 30)

v `Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat’. Ingatlah ketika dan waktu memberi dua maksud. Syeikh al-Mubarrad berkata: “Jika perkataan `iz’ yang bermaksud (Ingatlah) diletakkan sebelum fi`il mudhari’ (perbuatan yang sedang dan akan berlaku), ia memberi pengertian perkara yang sudah berlaku. Sebaliknya jika `iza’ yang membawa maksud (apabila) diletakkan sebelum fi`il madhi (perbuatan yang telah lepas) perkara itu merujuk kepada perkara yang akan datang.”

Syeikh Muhammad at-Tohir atau lebih dikenali sebagai Ibn A’syur melalui kitabnya, At-Tahrir wa at-Tanwir menyatakan bahawa `iz’ daripada nama-nama masa yang kesamaran menunjukkan kepada masa lampau. Ayat ini mengingatkan kepada Nabi Muhammad mengenai firman Allah kepada malaikat tentang kejadian Adam untuk diceritakan kepada kaumnya.

Malaikat sebagaimana kata Ibn Hajar al-`Asqalani: “Malaikat adalah bentuk jama’ (banyak atau ramai) daripada kata `malak’. Perkataan malaikat diambil daripada akar kata `al-Ulukah’ iaitu `ar-Risalah’ yang ertinya utusan atau pesuruh.” Inilah pendapat Sibawaih dan jumhur ulama.

Dan berkata jumhur ahli kalam dari kalangan umat Islam: “Malaikat adalah jisim halus yang diberikan oleh Allah kudrat (kemampuan) merubah diri dalam pelbagai bentuk, dan tempat tinggal mereka adalah di langit.”

Malaikat adalah makhluk ghaib yang mempunyai jisim nurani yang sangat halus dan mereka tidak dapat dilihat dalam keadaan biasa, tetapi Allah memberikan kemampuan bertukar pelbagai bentuk jasmani yang boleh dilihat oleh manusia, mempunyai kekuatan yang luar biasa, dan mereka sangat hampir kepada Allah, mematuhi-Nya dan tidak pernah menderhaka kepada-Nya, tidak berkahwin dan tidak mempunyai zuriat, tidak makan dan tidak minum.

Mulia

Mereka adalah hamba-hamba Allah yang mulia, membawa risalah Allah kepada semesta alam, menunaikan tugas

masing-masing dengan cemerlang di atas ketentuan Allah.

Ibn Jauzi di dalam Zad al-Masir berkata: “Terdapat dua pendapat tentang malaikat: Pertama, semua malaikat. Inilah pendapat as-Suddi daripada guru-gurunya. Kedua, mereka yang bersama iblis ketika diturunkan ke bumi. Inilah yang disebut oleh Abu Soleh daripada Ibn Abbas.

v `Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi’. Terdapat enam pandangan ulama berhubung perkhabaran Allah kepada malaikat mengenai kejadian Adam a.s: Pertama, Allah Maha Mengetahui wujudnya sifat takbur pada diri iblis. Justeru itu Dia mahu supaya malaikat mengetahuinya dan menzahirkan dalam ilmu-Nya. Yang demikian ini adalah riwayat ad-Dahhak daripada Ibn Abbas dan as-Suddi daripada guru-gurunya.

Kedua, untuk menguji ketaatan malaikat. Ia sebagaimana yang dikatakan oleh al-Hasan. Ketiga, tatkala diciptakan neraka, nescaya takutlah malaikat seraya bertanya: “Hai Tuhan kami, untuk siapakah Kamu ciptakan ini?” Jawab Allah: “Untuk penderhaka kepada-Ku.” Lantas mereka takut untuk melakukan maksiat, sedangkan mereka tidak mengetahui kewujudan makhluk selain mereka. Inilah pendapat Ibn Zaid.

Keempat, Allah hendak menzahirkan kelemahan malaikat daripada penguasaan ilmu. Kelima, Allah hendak mengagungkan Adam a.s. dengan menyebutnya sebagai khalifah sebelum wujudnya lagi. Keenam, Allah hendak memberitahu malaikat bahawa ciptaan-Nya adalah penghuni bumi sekalipun ada ciptaan-Nya di langit. Semua pendapat ini dinyatakan oleh Ibn Jauzi di dalam kitabnya Zad al-Masir.

Inilah kenyataan Allah untuk menjadikan makhluk yang bernama manusia bermula dengan Adam a.s. memegang tampuk amanah sebagai khalifah Allah di bumi. Ahli bahasa Arab berpendapat, khalifah ialah orang yang menggantikan orang lain dan mengambil tempatnya. Diwazankan di atas wazan fai’il dengan makna fa`il (pelaku). Wujudnya `ta’ di belakangnya (khalifah) sebagai tanda mubalaghah. Dinamakan khalifah itu kerana bertanggungjawab menggantikan daripada Allah segala perlaksanaan

hukum-hakam dan juga arahan-arahan Allah.

Al-Imam al-Mawardi di dalam mukadimah kitabnya, al-Ahkam as-Sultaniah mendefinisikan imamah sebagai tajuk atau tempat bagi menggantikan kenabian dalam urusan memelihara agama dan bersiasah dengannya. Justeru dapat difahami bahawa khalifah ini terpikul kepada Adam a.s., juga keturunannya daripada satu generasi kepada generasi seterusnya.

Di dalam kitab An-Nukat wa Al-Uyun pada khilafah Adam dan zuriatnya, terdapat tiga pandangan: Pertama, tatkala penghuni bumi iaitu jin merosakkan bumi dengan maksiat, lantas digantikan Adam dan zuriatnya.

Inilah pendapat Ibn Abbas. Kedua, bahawa dikehendaki kaum yang menggantikan sebahagian mereka daripada yang lain pada menegakkan kebenaran dan memakmurkan bumi. Inilah pendapat Hasan al-Basri. Ketiga, Allah hendak menjadikan khalifah di bumi yang menggantikannya dalam melaksanakan hukum. Inilah pendapat Ibn Mas`ud.

Isyarat

Sebahagian ulama berpendapat, perkhabaran Allah kepada malaikat tentang

ciptaan Adam dan menjadikannya khalifah di bumi, sebagai isyarat dan pengajaran kepada manusia supaya melaksanakan sistem syura dalam urusan mereka, sebelum melaksanakan sesuatu perancangan. Ini akan membuahkan hasil yang baik.

v `Mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan)?’ Pertanyaan malaikat ini bagi menunjukkan kehairanan dan rasa ingin tahu, bukan mengingkari atau membangkang ketentuan Allah s.w.t. Seolah-olah mereka berkata, “Bagaimana mungkin Tuhan menciptakan makhluk yang bernama manusia bersifat merosakkan dan membuat bencana di muka bumi di samping berbunuh-bunuhan.”

Sebahagian ulama menyatakan bahawa persoalan ini timbul kerana Allah telah mencipta jin sebelum manusia untuk menghuni dunia tetapi mereka melakukan beraneka maksiat dan penderhakaan kepada Allah. Hafiz Ibn Kathir berkata, “Ucapan malaikat `Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan)’, bukan kerana bangkangan terhadap Allah dan bukan juga kerana hasad dengki kepada Bani Adam. Sebaliknya semata-mata pertanyaan untuk mengetahui hakikat hikmah pada penciptaan tersebut.

Atas dasar inilah persoalan tersebut diajukan, lantas mereka menyebut perihal sifat mereka, `Padahal kami sentiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu?’ Ulama berkata, tasbih bermakna membersihkan Allah daripada segala yang tidak baik. Sebagaimana riwayat Talhah bin Ubaidillah katanya: “Aku telah bertanya Rasulullah s.a.w. tentang tafsir `subhanallah’.” Sabda Rasulullah s.a.w.: Iaitu membersihkan Allah azza wajalla daripada setiap keburukan.

Asal kalimah tasbih daripada perkataan `as-sabh’ iaitu berjalan, mengalir dan pergi. Dalam erti kata yang lain, orang yang bertasbih sentiasa berjalan pada menyucikan Allah. Terdapat empat pandangan ulama pada pengertian tasbih: Pertama, ia bererti solat. Inilah pendapat Ibn Mas`ud dan Ibn Abbas. Kedua, ucapan Subhanallah. Inilah pendapat Qatadah. Ketiga, iaitu membesar dan memuji. Inilah pendapat Abu Soleh. Keempat, rendah diri dan perasaan hina kepada Allah. Inilah pendapat Muhammad bin al-Qasim al-Anbari.

Adapun taqdis pula dengan makna mensucikan Allah, berlawanan dengan tanjis iaitu menajiskan. Dikatakan bumi muqaddasah iaitu disucikan, begitu juga ruh al-Qudus (roh yang suci) iaitu malaikat. Justeru maksud taqdis Allah ialah memuji, mengagungkan dan mensucikan-Nya daripada apa yang tidak layak dengan-Nya.

Seterusnya jawapan yang diberikan oleh Allah seperti berikut: Tuhan berfirman, sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya. Ibn Jarir di dalam tafsirnya, at-Tabari berkata: “Ulama telah khilaf berhubung maksud tafsiran ayat ini, sama ada pengetahuan Allah terhadap iblis, maksiatnya di samping sifat takbur yang disembunyikannya. Iaitu Aku Maha Mengetahui segala kemaslahatan yang tersembunyi daripadamu, dan aku mempunyai pengetahuan hikmah pada penciptaan khalifah yang kamu tidak mengetahuinya.

Glosari :

v Wazan: Timbangan mengikut istilah ulama saraf (Bahasa Arab ).

v Mubalaghah: Melampau, lebih atau utama.

v Khalifah: Pemerintah .

v Khilafah: Pemerintahan.

Makna Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi


Artikel / Tafsir

Makna Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi
http://www.perpustakaan-islam.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=155
28/09/2006 6338 clicks Printable Version

Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam, ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi''. (Al-Baqarah:30). Banyak kaum muslimin yang keliru dalam memahami ayat ini, yakni sebagai wakil/pengganti Allah dalam mengurus bumi. Makna khalifah yang benar adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsier

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-Baqarah:30)

Allah Ta'ala memberitahukan ihwal pemberian karunia kepada Bani Adam dan penghormatan kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala'ul Ala, sebelum mereka diadakan. Maka Allah berfirman, ''Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat''. Maksudnya, Hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu'', ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi'', yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, ''Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi'' (Fathir: 39). Itulah penafsiran khalifah yang benar, bukan pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam merupakan khalifah Allah di bumi dengan berdalihkan firman Allah, ''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.''

Abdur Razaq, dari Muammar, dan dari Qatadah berkata berkaitan dengan firman Allah, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya'', Seolah-olah malaikat memberitahukan kepada Allah bahwa apabila di bumi ada makhluk, maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah di sana. Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena malaikat disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyakan apa pun yang tidak diizinkan-Nya.

Ibnu Juraij berkata bahwa sesungguhnya para malaikat itu berkata menurut apa yang telah diberitahukan Allah kepadanya ihwal keadaan penciptaan Adam. Maka malaikat berkata, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu oranig yang akan membuat kerusakan padanya?''.

Ibnu Jarir berkata, ''Sebagian ulama mengatakan, 'Sesungguhnya malaikat mengatakan hal seperti itu, karena Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu setelah dibentahukan kepada mereka bahwa khalifah itu terdiri atas keturunan Adam. Mereka berkata, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya?'' Sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa di antara keturunan Adam itu ada yang melakukan kerusakan. Pertanyaan itu bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman sebagai jawaban atas mereka, Allah berkata, ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,'' yakni Aku mengetahui kemaslahatan yang baik dalam penciptaan spesies yang suka melakukan kerusakan seperti yang kamu sebutkan, dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan di antara mereka para nabi, rasul, orang-prang saleh, dan para wali.

Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa’i berkata dalam ringkasan Tafsir Ibnu Katsiernya :
Saya berpendapat bahwa konsep khalifah mengharuskan secara pasti tiadanya pihak yang digantikan, baik tiadanya itu secara total atau hanya sebagian, baik tiadanya itu karena kematian, perpindahan, dicopot, mengundurkan diri, atau karena sebab lain yang membuat pihak yang digantikan tidak dapat melanjutkan aktivitasnya. Misalnya Anda berkata: ''Abu Bakar merupakan khalifah Rasulullah shalallahu wa’alaihi wa sallam'' yakni setelah Rasul meninggal. Atau Anda berkata: ''Rasulullah menjadikan Ali sebagai khalifah di Madinah,'' yaitu ketika Nabi shalallahu wa’alaihi wa sallam pergi dari Madinah untuk melakukan salah satu perang. Bila konsep ini telah jelas dan melahirkan kepuasan, maka orang yang merasa puas tadi akan menemukan kekeliruan pendapat orang yang mengatakan bahwa Adam dijadikan Allah sebagai khalifah-Nya di bumi. Kekeliruan itu disebabkan oleh hal-hal berikut ini.
  1. Adalah mustahil tiadanya Allah dari kerajaan-Nya, baik secara total maupun sebagian. Dia senantiasa mengurus langit dan bumi dan tidak ada suatu perkara seberat Dzarrah pun yang ada di langit dan di bumi yang terlepas dari pengetahuan-Nya. Jadi, Dia tidak membutuhkan khalifah, wakil, pengganti, dan tidak pula butuh kepada pihak yang ada di dekat-Nya. Dia Mahakaya dari semesta alam.


  2. Jika keberadaan Adam atau jenis manusia itu layak untuk menggantikan Allah, maka dia harus memiliki sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah Ta'ala, dan Mahasuci Allah dari sifat-sifat yang dapat diserupai manusia. Jika manusia, sebagaimana seluruh makhluk lainnya, tidak menyandang sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah, bahkan makhluk tidak memilikinya, sedangkan Allah Maha Sempurna pada seluruh sifat-Nya, maka terjadilah ketidaksamaan secara total. Maka bagaimana mungkin orang yang berkekurangan menggantikan pihak Yang Mahas Sempurna? Maha Suci Allah dari adanya pihak yang menandingi dan menyerupai. ''Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.'' (asy-Syuura: 11)


  3. Adalah sudah pasti bahwa manusia tidak layak menjadi khalifah atau wakil Allah, bahkan hal sebaliknyalah yang benar, yaitu Allah sebagai khalifah dan wakil. Simaklah beberapa firman berikut ini. ''Cukuplah Allah menjadi Wakil (Penolong) kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung''(Ali Imran: 173). ''Dan Allah Maha Mewakili segala sesuatu.''(Hud: 12). ''Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.''(At-Thalaq: 3). ''Dan cukuplah Allah sebagai Wakil''(An-Nisa': 81) Dalam hadits mengenai doa bepergian, Nabi shalallahu wa’alaihi wa sallam bersabda, ''Ya Allah, Engkaulah yang menyertai perjalanan dan yang menggantikan dalam mengurus keluarga (yang ditinggalkan)''


  4. Tidak ada satu dalil pun, baik yang eksplisit, implisit, maupun hasil inferensi, baik di dalam Al-Qur'an maupun Sunnah yang menyatakan bahwa manusia merupakan khalifah Allah di burni, karena Dia berfirman, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah di bumi''. Ayat ini jangan dipahami bahwa Adam ‘alaihis salam adalah khalifah Allah di bumi, sebab Dia bertirman, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.'' Allah mengatakannya demikian, dan tidak mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan, untuk-Ku, seorang khalifah di bumi'', atau Dia mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang khalifah bagi-Ku di bumi'', atau ''menjadikan khalifah-Ku''. Dari mana kita menyimpulkan bahwa Adam atau spesies manusia sebagai khalifah Allah di bumi? Ketahuilah, sesungguhnya urusan Allah itu lebih mulia dan lebih agung daripada itu, dan Maha Tinggi Allah dari perbuatan itu. Namun, mayoritas mufasirin mengatakan, ''Yakni, suatu kaum menggantikan kaum yang lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi.''

    Ulama lain menafsirkan ayat di atas dengan ''menjadikan sebagai khalifah bagi makhluk sebelumnya yang terdiri atas jin atau makhluk lain yang mungkin berada di muka bumi yang ada sebelum spesies manusia.

    Penafsiran yang pertama adalah lebih jelas karena dikuatkan dengan AlQur'an dan Sunnah. Adapun orang yang berpandangan bahwa yang dimaksud dengan khilafah ialah khilafah dalam penetapan hukum semata, maka pandangan ini tidak dapat diterima. Karena hukum yang valid ialah yang bersumber dari wahyu yang telah ditetapkan Allah, bukan hukum si khalifah, namun hukum Allah, dan hukum itu merupakan sarana penghambaan kepada Allah. Alangkah jauhnya jarak antara ibadah dengan perwakilan dan kekhilafahan. Jadi, jelaslah bahwa orang yang menghukumi itu tiada lain hanyalah menetapkan hukum Allah, bukan inenggantikan-Nya.


Referensi:
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier, Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa'i

Rekonstruksi Hakekat Tujuan Penciptaan Manusia

Rekonstruksi Hakekat Tujuan Penciptaan Manusia

http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com 9 05 2007

Refleksi subyektivitas terhadap Pemahaman manusia
Oleh : Ridwan Ibnu Asikin

Dimensi waktu yang dinamis, sungguh telah mempertemukan kita kepada dinamika kehidupan yang sangat beragam dan kompleks. Dimana realita sebagian umat manusia dewasa sekarang, baik itu secara eksplisit maupun implisit sekalipun, kini benar-benar sudah tidak lagi bisa menghargai agama sebagai dogma yang mesti di aplikasikan dan di realisasikan dalam kehidupan sehari-hari melainkan agama hanya sebatas sebagai identitas yang melekat di diri.

Sejalan dengan itu, distorsi tentang pemahaman tujuan penciptaan manusia pun kini telah menjadi sebuah realitas dan wacana baru dalam tatanan kehidupan umat manusia dewasa sekarang. Hal ini bisa dilihat dari dinamika sebagian besar umat manusia yang notabene sudah mulai menisbikan dan memarginalkan ajaran agama ( baca : islam ) dari kehidupannya dan ternina bobokan oleh aksentuasi pemikiran yang berasumsi bahwa agama bukanlah sebagai panutan dalam jejak kehidupan manusia dewasa sekarang, sebagaimana yang telah dilakukan orang-orang barat yang kehidupannya lebih maju dan tertata rapi bahkan disiplin karena telah mengenyampingkan ajaran agamanya dari kehidupan sehari-hari dan berpindah kiblat ke sains dan teknologi. Jika benar, dengan begitu seolah-olah ada pengalihan juridiksi dari agama ke sains dan teknologi. Mirisnya, mereka juga kini meluncurkan apologi dan previkasi kalau agama itu tidak bisa menghargai zaman alias tidak relevan.

Kenyataan diatas sangatlah kontradiktif sekali bahkan bisa menjadi destruktif, dimana sebagian umat manusia sekarang sudah tidak lagi menjadikan agama sebagai dogma yang harus di realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun mereka hanya menjadikan agama sebatas wacana saja dan identitas diri belaka. Hal ini patut kita pelajari sebagai acuan dasar terhadap suatu prinsip yang memegang teguh terhadap keyakinan orang-orang barat.

Jika di tinjau dalam Al qur’an tercatat historisitas manusia diciptakan oleh Allah Swt untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini ( Khalifah fil al-ardi ) ( Qs. Al-Baqarah : 30 ). Sejatinya sebagai khalifah, manusia harus bisa mengemban amanat ini yang secara dialekta tidak di berikan kepada langit, bumi, malam, matahari begitu juga kepada hewan. Dengan begitu manusia adalah makhluk yang terbaik dari segi bentuk, fungsi dan keruwetan ( sofistikasi ) yang bahasa Al-Qur’an nya “ahsan al-taqwim” ( Qs. At-Tin : 4 ).

Mengutip perkataan Nurcholis Madjid. Sebagai khalifah maka tugas manusia adalah menyampaikan berita dari dunia ghaib agar supaya dapat difahami dan dirasakan manfaatnya oleh seluruh manusia. Tetapi karena tidak semua manusia pada prakteknya bisa menerima “pesan-pesan ilahi” ini, maka Tuhan mengutus para Nabi dan Rasul-Nya untuk membawa kabar tersebut. Sedangkan dalam bahasa Jal al-Din Rumi yakni: “ketika kebun-kebun mawar telah musnah, kemanakah kita akan mendapatkan semerbak mawar ? Jawabnya adalah “air mawar”. Yang dimaksud oleh Rumi adalah ketika Alllah Swt yang ghaib, tidak bisa kita lihat, maka melalui para Nabi dan Rasul-lah maka pesan dan berita diriNya dapat kita peroleh, bukan dengan jalan pemikiran agar agama ( baca : Islam ) harus diartikulasikan sebagai entitas yang harus relevan dengan perkembangan zaman.

Manusia di karunia akal adalah sebagai perangkat agar kelak mereka bisa memahami ma’na hakekat penciptaannya dan yang lainnya bukan untuk mengingkari ma’na tersebut. Al-Ghazali (w. 1111) menganologikan akal sebagai “Wazir” yang perintah-perintahnya harus diikuti oleh hawa nafsunya, yaitu nafsu syahwat yang bertugas sebagai “tax collector”, dan nafsu ghadlabiyah yang bertugas sebagai polisi. Hanya dengan mengikuti instruksi-instruksi sang Wazir maka keadaan negara akan berjalan lancar dan memperoleh kemajuan

Dengan begitu secara eksplisit manusia mempunyai kebebasan dalam bertindak dan memilih yang hal ini di pandang semu oleh kaum Jabariyah dan bahkan Asy’ariyah begitu juga oleh sebagian orang-orang sufi. Dimana manusia diberi kebebasan penuh dalam memilih ( Ikhtiyar ) jalan mana yang mau mereka pilih sebagai jalan hidupnya. Dan barangkali ini adalah sebagai konsekuensi logis dari kekhalifahannya di muka bumi. Tetapi di balik itu Allah juga mempunyai rencana lain. Sebab, Allah Swt menciptakan manusia tidak hanya dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban ( Qs. Al-Qiyamah : 36 ).

Seiring dengan itu seorang pembaharu islam yang lahir di Mesir pada awal abad ke 20 yaitu Sayyid Quthb berpendapat bahwa ” Manusia menurutnya bukanlah boneka atau wayang tanpa nyawa yang gerak dan perbuatannya sepenuhnya di tentukan oleh orang yang memainkannya. Juga bukan bulu yang melayang-layang di udara yang arahnya tergantung kemana angin itu berhembus. Tetapi mereka adalah aktor-aktor yang harus memainkan peran yang telah ditentukan kepada mereka oleh Sang pembuat skenario dan perancang lakon. Tugas mereka adalah memainkan peran mereka sebaik-baiknya, untuk itu mereka diberi akal, kehendak dan perlengkapan untuk mengembangkan peranan mereka dengan sebaik-baiknya. Jika mereka berhasil memainkan peran mereka dengan baik, maka akan diberi imbalan, tetapi jika gagal mereka akan dihukum “

Lain lagi dengan Jal al-Din Rumi yang menganalogikan manusia dengan buah. Walaupun buah itu tumbuh setelah batang dan ranting tetapi pohon secara keseluruhan justru tumbuh untuk menghasilkan buah tersebut. Kalau bukan mengharapkan buah, tanyanya, betapa seorang petani ‘kan tanam pohon ? Sesungguhnya seorang petani menanam pohon karena mengharapkan buah dari pohon tersebut. Karena pohon tanpa buah adalah pohon yang sia-sia, sebagaimana analogi yang dibuat Rasulullah ketika menggambarkan kesia-siaan ilmu tanpa diamalkan.

Dengan demikian, dalam jejak kehidupan manusia secara dogmatis ataupun de fakto, manusia mempunyai dua jalan yang harus di pilihnya untuk mengarungi roda kehidupannya di muka bumi ini. Mereka harus bisa memilih salah satu diantara jalan tersebut sebagai jalur kehidupannya kelak, karena jika tidak maka akan terjadi diskontinuitas di sepanjang sejarah kehidupannya. Dalam hal ini Allah Swt pun telah menyediakan ” HADIAH ” yang sudah di sediakan di dua ujung jalan tersebut bagi manusia.

” Itulah batas-batas ( hukum ) Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang agung. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas hukum hukum-Nya, niscaya Allah akan memasukkan dia ke dalam api neraka, dia kekal didalamnya dan dia akan mendapatkan azab yang menghinakan ” ( Qs. An-Nisaa : 13 -14 ).

Berangkat dari sini, marilah kita sama sama jadikan ini semua sebagai agenda kontemplasi dan kolegialitas kita semua agar kelak tidak ada lagi disparatis pemahaman tentang kuentensensi penciptaan manusia. Dan sejatinya, kita sebagai leader of tomorrow harus bisa menjadi figur sekaligus yang merekonstruksi dan mereaktualisasikan kembali pemahaman yang diskrepan dengan ajaran islam dan membumikan ajaran agama ( Islam ) yang bukan dogma semata, karena hal ini sangat inheren sekali dengan tujuan dakwah kita untuk menciptakan umat manusia yang religiositas dan kompeten dalam struktur realisasinya. Wallahu A’lam bi shawab.

* Penulis adalah Santri Universitas Al Azhar Fakultas Ushuluddin Kairo

Ibadah Sepenuh Hidupku

Juni 21, 2007

http://fauzansa.wordpress.com/2007/06/21/ibadah-sepenuh-hidupku/

Dulu saya memahami bahwa tugas manusia ada dua, sebagai penyembah Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi. Dua-duanya adalah dua sisi dari sebuah mata uang. Di balik ibadah kita, terkandung tugas kita sebagai khalifah. Di balik tugas kita untuk mengurus bumi, terkandung pengabdian kepada-Nya.

Namun, ketika sejenak memperhatikan terjemahan ayat Al-Qur’aan, ternyata terjemahannya tidak menggunakan kata-kata yang mirip. Saya memang bukan ahli tafsir, tapi tentunya beda artinya antara “jaa’ilu fil-ardhi khaliifah” dengan “illa li ya’buduun”. Tentu dua hal itu tidaklah setara. Yang satu menunjukkan bahwa ibadah itu adalah sepenuh hidup kita, yang lain menunjukkan bahwa menjadi khalifah adalah sebagian dari kemampuan kita yang sekaligus menjadi tanggung jawab kita.

Saya jadi ingat bab awal dari bukunya Pak Talib yang berjudul “Melacak Kekafiran Berfikir”. Ada yang dinamakan berlainan, berbeda, dan berlawanan. Tentu saja, ini hanyalah istilah beliau saja. Namun, kita ambil saja untuk mempermudah penamaan. Berlainan artinya dua hal yang tidak mesti bertentangan secara komplementer, namun saling asing. Contohnya adalah berjalan dan berlari. Berlawanan adalah dua hal yang berlawanan secara komplementer. Misalnya saja, hidup dan mati. Berbeda artinya adalah dua hal yang merupakan predikat yang didefinisikan secara terpisah, tapi dapat mempunyai subjek yang sama. Guru dan murid berbeda. Tapi seseorang dapat dinyatakan sebagai murid dan guru secara sekaligus. Begitu panjangnya paragraf ini, tujuannya hanya untuk menyatakan bahwa menjadi khalifah dan beribadah kepada Allah itu dua hal yang berbeda.

Apa perlunya menyatakan perbedaan tersebut? Agar kita tidak rancu dalam memahami arti ibadah. Dinyatakan, kita diciptakan HANYA untuk beribadah kepada Allah. Seharusnya tidak lagi timbul pertanyaan, lalu tugas kita sebagai khalifah bagaimana? Hmm, satu hal yang menarik. Dijadikan kita oleh Allah sebagai khalifah, berarti masih dimungkinkan kita masih punya tugas yang berlainan di luar itu. Namun, beribadah kepada Allah, tidak ada yang lain. Hanyalah itu tujuan hidup kita.

Memang, tidak ada yang baru tentang ibadah kepada Allah. Tidak ada yang baru dari ilmu ikhlas yang harus dikuasai ketika akan beribadah kepada-Nya. Hanya sekedar mengingatkan, kadangkala kita kurang memaknai ibadah itu sebagai sesuatu yang seharusnya. Saya sudah melakukan sesuatu dengan ikhlas, berarti saya sudah beribadah. Saya pengen mendapat surga, itu juga ikhlas khan? Saya takut neraka ketika menghindari yang haram, apakah seperti itu tidak dikatakan ikhlas?

Tidak ada yang menyalahkan hal itu. Tapi, ada satu hal yang sering kita lupa. Kita terlalu gengsi sama Allah. Kita bahkan sering menantang-Nya tanpa sadar. Bahkan, berdasar bekal teori motivasi barat, kita menjadi seseorang yang tidak tunduk kepada Sunnatullah. Kita mengambil dasar Allah itu menuruti persangkaan hamba-Nya, tapi tidak paham apa artinya dengan sebaik-baiknya.

Kita sering punya pandangan, tidak ada yang kita tidak mampu, karena Allah telah memberikan pilihan. Satu-satunya yang dimiliki manusia hanya kemampuan untuk memilih, karena itu dia pasti mampu untuk melakukan sesuatu yang baik-baik. Karena percaya semuanya telah disiapkan dengan baik layaknya jalan yang saling bersimpang siur, kita dengan sangat percaya diri merasa bisa memilih jalan lurus sendirian. Allah hanya jadi pencipta takdir. Yang manapun jalan yang kita pilih, itulah pilihan kita. Jadi baik atau buruk itu tanggung jawab kita. Allah hanya mengilhamkan baik dan buruk, serta menciptakan jalan-jalan untuk kita lalui. Tujuan hidup kita akhirnya bukan untuk beribadah dengan ikhlas, tapi mengejar kebahagiaan dengan “melupakan” Allah.

Saya kira, bukan begini Allah menciptakan manusia. Ketika ditugaskan untuk beribadah, harusnya hal itu dimaknai lebih dalam. Harusnya doa-doa kita mewujudkan seluruh kelemahan kita. Harusnya sholat kita benar-benar diniatkan untuk menyembahnya, bukan sekedar supaya mendapat pahala, bukan sekedar takut, bukan sekedar cinta. Harusnya, setiap istighfar kita selalu mengikutsertakan segala ketanpadayaan kita, bukan sikap tinggi hati yang sekedar mengakui kebodohan kita. Mengakui kebodohan, itu berarti mengakui bahwa kita mampu untuk melakukan segala sesuatu dengan benar. Mengakui ketanpadayaan kita, adalah perasaan bahwa kita benar-benar bergantung kepada-Nya.

Beginilah kita seharusnya memotivasi diri. Tidak hanya sekedar kata-kata motivasi semacam “saya bisa jika berpikir saya bisa” atau “saya adalah yang saya pikirkan”. Cuma Allah yang penting. Yang lainnya cuma bonus. Istri cantik itu bonus. Rumah bagus itu bonus. Kekuasaan dan keterkenalan itu bonus. Jika penyerahan diri total kita lakukan, maka kita akan mendapatkan ridha Allah, sekaligus bisa menikmati rizki-Nya, di dunia maupun di akhirat.

Ketika istri secara tidak masuk akal marah-marah dan itu di luar kehendak kita, maka Allah penyebabnya. Atasi dia dengan semangat untuk menyembah Allah. Ketika rekan kerja kita menyingkirkan kita karena masalah prinsip, itu juga dari Allah. Ketika tiba-tiba kehilangan anggota keluarga, jelas itu dari Allah. Ketika tiba-tiba kecelakaan sehingga hilanglah anugerah yang merupakan kemampuan kita, siapa lagi kalau bukan dari Sang Pemberi Anugerah? Apapun yang tidak menyenangkan dan kita tidak kuasa terhadapnya adalah dari Allah. Satu-satunya yang perlu kita lakukan adalah mengingat-Nya dan kembali mengadukan segalanya kepada-Nya.

Allah Maha Pemurah. Allah Maha Penyayang. Kita hanyalah makhluk hina yang segala nasibnya bergantung kepada-Nya. Hanya Dia yang layak kita sembah. Hanya Menyembah Dia segala yang perlu kita lakukan. Jangan pernah melupakan segala peranNya dalam hidup kita. Jangan berhenti memohon. Jangan berhenti mengeluh kepada-Nya, menangis kepada-Nya, ataupun mengaku salah kepada-Nya. Selalulah bertasbih dan mengharap ridho-Nya.

Mengenal Diri Sendiri

Monday, April 09, 2007

Ma'rifatul Insan (Mengenal Diri Sendiri)
http://isparmo.blogspot.com

TUJUAN

1. Peserta mengetahui pengertian manusia

2. Peserta sadar akan kelebihan dan kekurangan

3. Peserta mengetahui tujuan dan tugasnya sehingga dapat mensikapinya dengan benar.


URAIAN

DEFINISI MANUSIA

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri atas Jasad, ruh, dan Akal dan dimuliakan dengan tugas mengabdi kepada Allah dan sebagai khalifah dimuka bumi. (konsep “Tawazun’ ).

BAGAIMANAKAH MANUSIA ITU ?

Manusia diciptakan Allah dengan dikaruniai banyak keistimewaan dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain, a.l :

1. Segi Penciptaan

þ Manusia diciptakan dari segenggam inti bumi yang didalamnya terkandung beberapa sifat yaitu sifat baik dan buruk, bahagia dan sedih, mulia dan hina. Yang mengistimewakan manusia dari makhluk yang lain yang bertebaran dimuka bumi ini karena Allah telah menciptakan langsung dengan tanganNYa dan menyuruh semua malaikat bersujud kepadanya.

þ Manusia tidak diciptakan dengan sia – sia. (Al Qiyamah : 36 – 38).

þ Manusia diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dan paling baik dibandingkan mahkluk Allah yang lain.

2. Segi Ilmu

Manusia dimuliakan dengan dikaruniai akal sehingga dapat menyerap ilmu, memahami, menjelaskan, serta mengembangkannya.” Yang membedakan manusia dari makhluk Allah yang lain, seperti hewan adalah keistimewaan dan kelebihan yang dimilikinya berupa ilmu, akal dan kemampuan menganalisa, maka apabila semua kelebihannya itu hilang , hilanglah pula yang membedakannya dengan hewan kecuali satu yaitu manusia dapat berbicara sedangkan hewan tidak (Miftahu Darus Sa’adah, Ibnu Qayyim, I / 167).

3. Segi Kehendak

Manusia dilebihkan dengan dipadukannya tiga unsur jiwa, yaitu kekuatan, syahwat, dan iradah (kecenderungan yang baik). Ia bisa memulai jalan yang baik dan bisa pula jalan yang buruk. Sekadar ilmu belum tentu bisa mengarahkan orang pada kebaikan, yang bisa mengarahkan pada kebaikan adalah kemauan dan kehendak yang kuat. Bisa jadi seseorang yang telah tahu bahwa mencuri itu perbuatan yang buruk, tetapi tetap ia lakukan.

Berbeda dengan malaikat yang hanya memiliki satu pilihan (tidak bisa berkehendak) yaitu taat pada Allah, Sang Pencipta sesuai dengan tugasnya masing–masing.

4. Segi Posisi

Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada manusia diantara makhluk lainnya, yakni sebagai pemimpin. Sehingga Manusia bisa memanfaatkan alam semesta ini untuk keperluan hidupnya. (Q.S All Baqarah:29, Hud(11):61)

5. Segi Komunikasi

Manusia dilebihkan dengan dua alat komunikasi : lisan yang digunakan untuk berbicara dan jari jemari yang digunakan untuk menulis. Jika kita perhatikan , seluruh makhluk hidup diberikan indera mulut dan alat suara, semuanya dapat berbicara dengan bahasa masing – masing, ada yang berkicau, mendengus, mecicit, dll. Sedang manusia, bisa berbicara dengan berbagai macam bahasa dan suara, termasuk menirukan suara binatang, dan bunyi–bunyian alam lainnya

6. Segi Tendensi Moral

Manusia memiliki peluang untuk ‘dibentuk’ menjadi baik atau buruk. Bahkan bisa berperan ganda –sebagaimana orang munafik . Berbagai macam sifat dan sikap bisa ia miliki sekaligus. Dan sangat berbeda dengan binatang, binatang sulit atau bahkan tidak bisa dibentuk dengan sifat dan karakter yang bermacam–macam.

‘ Setiap bayi yang dilahirkan dilahirkan itu dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang mempengaruhi hingga menjadi Yahudi, Nashrani, dan atau Majusi.’( Hadist sahih, telah dishahihkan oleh Al-Albani dalam Jami’Ash-Shaghir 4/181).

7. Manusia dilebihkan dengan sifat malu. Ibnu Qoyyim berkata, ”Perhatikanlah satu macam sifat yang hanya dikaruniakan Allah kepada manusia dan tidak kepada yang lain yaitu sifat malu, bahwa sifat malu adalah akhlaq yang paling agung dan mulia serta paling tinggi kedudukannya dan paling banyak manfaatnya bagi manusia, bahkan merupakan ciri khusus bagi eksistensi manusia. Sehigga barangsiapa yang tidak memiliki rasa malu, maka telah hilang eksistensii kemanusiaannya kecuali ia hanya seonggok daging yang teraliri darah.

8. Bahwa perintah – perintah Allah tidak pernah terlepas dari diri manusia sejak ia masih berbentuk janin dalam rahim seorang ibu sampai akhir hayatnya (ketika ia bertemu Rabbnya ).

Demikianlah antara lain keistimewaan manusia dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Manusia diciptakan dengan banyak kelebihan , namun jika keliru mengambil jalan hidup, ia bisa mencapai derajat yang paling rendah ketimbang binatang sekalipun.

“Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang – orang yang lalai.” (Al A’raf (7):179).

Keistimewaan manusia ini penuh dengan konsekuensi yang menyertai misi keberadaannya di muka bumi ini. Selain dikaruniai banyak kelebihan dan keistimewaan , manusia juga dikaruniai banyak kelemahan yang merupakan sifat dasar manusia, kelemahan itu antara lain :

1. Tergesa – gesa (QS. Al Isra’ : 11, QS. Al Anbiya’ 21)

2. Lemah (QS. An Nissa’: 28)

3. Bodoh (QS.AL Ahzab : 72)

4. Suka membantah (QS. Al Kahfi: 54)

5. Kikir dan keluh kesah (QS. Al Ma’arij : 19, QS. Al Isra’ : 100)

6. Ingkar (QS. Al ‘Aadiyaat : 6, QS. Al Hajj : 66, Ibrahiim (14) : 34, Az Zukhruf (43) : 15

7. Putus Asa (QS. Haa Mim Assajdah : 49, QS. Al Isra’ : 83)

8. Berlebih – lebihan (QS. Yunus : 49)

9. Lalai (QS Al A’raf :179)

10. Susah payah (QS. Al Balad :4)

Tetapi apakah kemudian kita diam saja, memang kita sebagai makhluk mempunyai keterbatasan , Allah menyatakan kita bodoh ya karena memang ilmu Allah jauh lebih luas dari ilmu yang kita miliki. Tetapi tidak kemudian karena kita mengakui kebodohan itu, kita tidak mau berusaha untuk menjadii lebih pandai,dsb. Sifat - sifat buruk ini bisa saja dominan ketika kita memperturutkan hawa nafsu dan keinginan kita. Namun Apakah manusia memilih jalan kebaikan atau keburukan semua itu akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. QS Al Isra’ (17) : 36. Nha, makanya manusia dituntut untuk benar dalam menentukan pilihan kehidupan di dunia agar nanti di ‘sono’nya bisa memprtanggungjawabkan dengan baik di hadapan Allah.

UNTUK APA MANUSIA ITU …?

Sesungguhnya kehadiran manusia dimuka bumi ini tidak untuk main–main dan senda gurau, tetapi dengan suatu kepastian arah dan tujuan. Bahkan sebelum limpahan tugas dan tanggungjawab besar itu dibebankan kepada manusia telah ditawarkan kepada makhluk Allah yang lain. QS. Al Ahzab (33): 72. Tampak disini tugas manusia tidaklah ringan, terbukti tak satupun makhluk Allah yang berani memikulnya. Sedang tugas manusia itu sebenarnya adalah :

1. Tugas Ibadah

QS Adz Dzariyat (51) : 56. Ibadah adalah segala amal perbuatan yang diniatkan karena Allah dan unutk mendapat ridlo Allah semata. Sehingga amat pentinglah arti niat itu, sebagaimana Sabda Rosululloh SAW, Sesungguhnya sah tidaknya sebuah amal tergantung ada niat,…(HR, Bukhari – Muslim).

2. Tugas Khalifah

QS An Naml (72):62.Tugas Kekhalifahan ini berhubungan erat dengan tugas yang pertama, yakni ibadah kepda Allah secara total

*Tugas Manusia*

Taffakur

*Tugas Manusia*
# 20/08/2007 10:02 WIB#http://www.serambinews.com/index.php?aksi=bacataffakur&tafid=718

Oleh : *Ampuh Devayan*


?Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat. Sesungguhnya
Aku hendak jadikan seorang khalifah di muka bumi.? (Q.Al-Baqarah: 30)

Allah swt menciptakan manusia sebagai pemimpin yang membawa misi untuk
memaslahatkan bumi. Karena setiap orang dimintai sejauhmana misi itu
telah dijalankan dengan sempurna atau tidak, suatu saat ia akan dimintai
pertanggungjawaban. Karenanya penting bagi setiap orang menyadari atas
tujuan hidupnya, penting kesadaran bahwa ia membawa misi yang selalu
terikat dengan tujuan Allah swt yang memberinya kehidupan ini.
Sebagaimana firman Allah swt. yang maksudnya ?Dan Aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.? (Adz-Dzariat: 5)

Upaya yang dilakukan manusia mengisi kehidupannya adalah mengikuti
?suruh? dan menghindari ?cegah?, berbuat kebaikan dan melarang
kemungkaran. Firman Allah swt yang maksudnya, ?Kamu (umat Islam) adalah
umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, yaitu kamu menyuruh berbuat
kebaikan dan melarang daripada berbuat kejahatan dan kamu beriman kepada
Allah.? (Ali Imraan: 110).

Memang dalam hidup ini, seringkali kita menganggap sulit mendapatkan apa
yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita
inginkan, akhirnya kita tahu bahwa apa yang kita inginkan terkadang
tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia. Kemudian membuat
kita berkeluh kesah. Padahal jika tujuan hidup itu mampu dimaknai, bahwa
ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pastilah pintu yang lain
dibukakan. Namun kadangkala kita terpaku terlalu lama pada pintu yang
tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita. Di
sinilah pentingnya kesadaran atas tujuan hidup sendiri.

Selasa, 23 Oktober 2007

TUJUAN dan TUGAS HIDUP MANUSIA

APA TUJUAN dan TUGAS HIDUP MANUSIA DI BUMI INI MENURUT ALLAH?
diambil dari: http://forum.kotasantri.com/viewtopic.php?t=27&sid=de6f48f67663d24289bbcb0589c75696
dengan sedikit pemotongan
Oleh Latifabdulah.(1)
.
Dengan Nama ALLAH swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Semoga ALLAH swt. membimbing saya untuk menjelaskan “Apa tujuan hidup manusia diciptakan oleh ALLAH" yang tertulis dalam Al Quran Nur Karim. Sebagai buku pedoman hidup manusia.
.
Setiap manusia haruslah mengetahui siapa dirinya, kenapa dia dilahirkan, dan apa tujuan dan tugas2 hidupnya, berapa lama dia bisa hidup di dunia ini, dan kemana dia pergi setelah meninggalkan dunia ini?
.
Kalau manusia tidak bisa menjawab dengan benar, maka hidupnya seperti manusia yang hidup di hutan2 yang menutup auratnya dengan daun daunan. Mereka tidak tahu tujuan hidupnya. Mereka menjalankan hidup seperti binatang saja yaitu kawin, beranak, dan kalau sudah dewasa anak di kawinkan lagi demikian seturusnya dan terakhir meninggal dunia.
.
Orang orang yang tinggal di kota pun banyak yang tidak mengetahui tujuan hidupnya. Ada yang mengatakan untuk mencari hidup yang bahagia, berkeluarga serta membesarkan dan mendidik anak2.

Mencari hidup yang bahagia juga bermacam macam;ada yang bertapa, ada yang hidup sederhana, ada yang mencari uang untuk memenuhi keinginannya, dll. Apakah tujuan hidup mencari bahagia menutut ALLAH? Jawabannya adalah tidak.

.
Pendapat ulama2 pun berbeda beda. Ada sebahagian ulama mengatakan untuk mencari ALLAH atau mendekati diri kepada ALLAH dengan berzikir (memuji2 ALLAH) dan bertapa, ada yang mengatakan untuk beribadah kepada ALLAH dll. Mana yang benar?
.
Untuk mendapatkan jawaban yang benar mari kita tanya ALLAH yang menciptakan manusia, sudah tentu ALLAH lah yang Maha Tahu akan ciptaannya bukan? Dalam AL Quran ALLAH telah dijelaskan dengan detail dan sempurna.
,
Selama ini kita sering mendengar dari ulama2 yang menjelaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana ayat QS 51:56 menjelaskan.
.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku"
.
Beribadah (worship) kepada ALLAH diartikan menyembah(shalat) kepada ALLAH, berpuasa, naik haji, berbuat kebaikan2 dll.Kalau sudah menjalankan rukun islam ini(ritual), maka mereka sudah merasa beragama dengan benar.

Sesungguhnya bukanlah demikian menurut ALLAH. Penjelasan seperti diatas itu belumlah sempurna, sehingga hasilnya pun juga tidak sempurna. Seperti kita lihat masarakat islam sekarang ini yang masih terbelakang.
.
Beribadah kepada ALLAH bukanlah menyembah ALLAH saja, bukan menjalankan rukun islam yang lima saja, dan berbuat kebajikan saja, tetapi maknanya jauh dari itu.Kalau diartikan seperti diatas ini,maka kita lihat hasilnya adalah masarakat yang tidak produktif alias miskin.Sangat menyedihkan bukan?
.
Beribadah kepada ALLAH SWT artinya mengabdi atau bekerja untuk ALLAH dengan sungguh2.

ALLAH adalah Raja di Raja di bumi dan dilangit ini. Sebagai hamba2 atau pekerja2 (kariawan2) ALLAH,maka manusia seharusnya patuh dan taat mengikuti semua peraturan2 ALLAH bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berkerja di dunia ini.
.
Semua peraturan2 ALLAH itu tertulis dalam kitab2 sucinya; Taurat,injil dan AL Quran. Al Quran adalah buku pedoman hidup manusia yang terakir, dan sempurna.
.
Kita sudahtahu apa tujuan hidup kita yaitu mengabdi atau bekerja untuk ALLAH.
Mari kita lihat pula dalam AL Quran,apakah tugas2 hidup manusia di bumi ini sebagi pekerja2 dari ALLAH?

Jadi ada dua macam; satu tujuan hidup, dan kedua adalah tugas hidup;

Inilah tugas hidup manusia seperti ALLAH mengatakan sebagai berikuti;

“Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (QS.11:61). (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia, kalau mengingkari perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan2 sama dengan kehidupan bintang.). .

Perintah bekerja untuk memakmurkan bumi, sudah diperintahkan sebelumnya oleh ALLAH kepada Nabi Adam yang diberitahukan kepada Nabi Musa (Taurat) seperti berikut ini;

God said to Adam.
•God said; “You will have to work hard and sweat to make the soil produce anything, until you go back to the soil from which you were formed. You were made from the soil, and you will become soil again” (Genesis 3.18-19.)
.

Perintah ALLAH kepada Nabi Adam, Nabi Musa, dan Muhammad saw adalah sama yaitu manusia yang diciptakan oleh ALLAH ini harus bekerja keras,sungguh2 untuk memakmurkan bumi, artinya memakmurkan keluarga,masarakat dan umat. Nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawaban. Siapa yang rajin bekerja untuk ALLAH dan siapa2 yang malas malas bekerja untuk ALLAH.

Anda dapat melihat manusia2 yang tidak mempunyai ilmu, tidak mempunyai (Diin) buku pedoman hidup dari ALLAH, seperti manusia2 yang tinggal di hutan2. Baju mereka terbuat dari daun2 untuk menutupi auratnya, dan tempat tinggal juga terbuat dari daun2 untuk melindungi dari hujan dan panas. Sampai hari ini kita masih dapat melihat manusia2 yang tidak mendapat ilmu di hutan2.

Seperti kehidupan Nabi Adam dan Hawa yang menutup auratnya dari daun2 bukan?
.
Sebagai kariawan2 yang baik atau hamba2 ALLAH yang baik maka kita wajib memakmurkan atau mengolah bahan2 baku yang diberikan oleh ALLAH itu baik yang ada di dalam bumi maupun di kulit bumi.

Siapa2 yang tidak mau mengikuti perintah ALLAH ini, mereka tetap hidup seperti orang2 yang tinggal di hutan2 itu dan kalau ada yang tinggal di kota2 mereka pada umumnya hidupnya tidak produktif,miskin, karena mereka tidak mempunyai ilmu dan tidak tahu apa tujuan hidupnya seperti yang dimaksud oleh ALLAH.
.
Mereka hidup bermalas malas atau hidup ber-santai2. Tujuan hidup mereka adalah untuk mencari makan secukupnya, dan kemudian kalau sudah dewasa berkeluarga, beristri dan beranak. Menjalankan rukun islam yang lima.That is it.
.
Perintah2 ALLAH berikutnya kepada manusia adalah untuk mengolah bahan2 baku yang ada dalam bumi yang telah ALLAH sediakan berlimpah limpah agar bisa menjaga agama ALLAH.Perintah ini penting sekali,kalau tidak dilakukan maka umat islam mudah dikalahkan atau ditunduki atau di jajah oleh musuh2 islam.
.
Mohon di perhatikan perintah ALLAH ini dengan baik;

”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk di-olah), dan supaya ALLAH swt mengetahui siapa yang menolong agama Nya (Islam) dan Rasul2 padahal ALLAH swt. tidak dilihatnya. (QS..57:25).
.
Setiap orang muslim yang patuh kepada Raja(ALLAH SWT) maka wajib bekerja keras mengolah bahan2 baku seperti; besi,perak, minyak, emas,tembaga, kayu2, pertanian, perikanan dll menjadi barang2 yang berguna untuk kehidupan manusia, mendirikan industri2 bermacam macam barang, dan membuat senjata2 untuk mempertahankan agama ALLAH dan Rasulullah saw dari serangan2 musuh. Umat islamlah yang diperintah oleh ALLAH, bukan umat lain2nya.
.
Siapa2 yang tidak ikut memakmurkan bumi ALLAH artinya mereka mengingkari perintah ALLAH ini. Hidup mereka akan susah dan kalau terjadi peperangan mudah dikalahkan serta di jajah.
.
Bagaimana untuk mengolah , mendirikan industri2 membuat barang2 yang bermanfaat dan untuk membuat senjata kalau tidak mempunyai ilmu? Makanya ALLAH memerintahkan untuk menuntut dan belajar bermacam macam disiplin ilmu. Bukan belajar ilmu agama saja sebagaimana di artikan oleh sebahagian golongan umat islam.

Banyak ulama2 mendirikan madrasah2, tanpa mengajarkan disiplin ilmu2 lainnya kepada murid2, sebagaimana yang terjadi di negara2 islam Saudi Arabia,Pakistan dll.

Tangan2 dari murid2 yang tamatan madrasah2 menjadikan orang2 berilmu agama yang tidak produktif, tapi konsumtif. Bagaimana mereka bisa mentaati perintah ALLAH diatas tadi. Bagaimana mereka bisa mempertahankan agama ALLAH, kalau tidak mempunyai ilmu2 lain2nya.
Sistem pendidikan seperti ini perlu diperbaiki oleh generasi muda2.
.
Inilah perintah ALLAH berikutnya;

“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.58:11)

Artinya kalau ALLAH mewajibkan umat islam belajar atau menuntut ilmu, maka umat Islam seharusnya pula membuat sekolah bukan? Tidak mungkin belajar di luar dengan atap langit dan dipadang pasir. Dan untuk belajar harus ada sekolah, buku-tulis, pena, pencil, pengapus, bangku bangku, kapur, alat2 penerangan,tidak mungkin munulis di tanah dengan jari sebagai alat tulis bukan?
.
Untuk membuat buku2 tulis harus pula menanam pohon2kapas untuk bahan baku kertas dan kain baju, kemudian membuat fabrik kertas dan kain, serta alat2 transportasi; speda, mobil, dan seterusnya, dari bahan2 baku diberikan diatas tadiQS 57:25 .

Dengan kata lain umat islam harus belajar bermacam disiplin ilmu untuk bisa membuat industri kain untuk menutupi tubuh dan kertas, bisa membuat pena,pensil,alat penerang alat tranportsai, membuat senjata dll.

Yang akhirnya membawa umat islam kearah kemajuan2 dan memberikan lapangan kerja yang banyak untuk pemuda dan pemudi agar mereka dapat meningkatkan; kemakmuran, kesehteraan, keamanan, keharmonisan, dan akhirnya umat islam dapat hidup bahagia, aman sentosa.Indah sekali ajaran islam bukan? Umat islam menjadi umat yang produktif, producer, umat industri,pertanian yang bertaqwa kepada ALLAH.Umat rahmatan lil'alamin.
.
Jadi islam adalah ajaran2 yang membawa kemajuan2 dalam segala aspek penghidupan terutama bidang ekonomi, technologi dan Science.
.
Ulama2, Da'i2, kotip2, islamic scholars adalah orang2 yang tahu akan ilmu agama dan dekat dengan umatnya. Ulama2 adalah orang2 yang memberitahu ajaran2 islam kepada umat dan serta memberikan contoh bagaimana mengaplikasikan setiap perintah2 ALLAH itu dengan baik dan sempurna.

Ulama2 adalah tiang /tonggak kemajuan umat islam. Kalau ulama2 salah memahami ajaran2 islam,maka umat akan salah pula, kalau ulama2 benar memahami ajaran2 islam,maka umat menjadi umat yang benar pula,artinya umat menjadi umat yang maju ekonomi, technologi,banyak lapangan kerja tersedia.

Sekiranya ulama2 dapat menyampaikan apa tujuan hidup manusia yang sebenarnya menurut ALLAH kepada umat, maka pemuda2 islam akan belajar rajin dan bekerja sungguh2 untuk ALLAH dengan sebaik baiknya.
.
Kalaulah setiap muslim sudah mengetahui, maka setiap muslim akan takut (taqwa) kepada ALLAH kalau mereka tidak bekerja rajin dan sungguh2 untuk memakmurkan bumi ALLAH ini ALLAH akan marah kepada mereka."....Sedangkan ALLAH Maha Melihat apa yang dikerjakannya(setiap waktu)".QS.57:25.
.
Kemudian perintah ALLAH berikutnya adalah menjadi seorang Khalifah.

Orang2 yang beriman, berilmu dan sudah tahu cara bekerja untuk ALLAH yaitu memakmurkan bumi ini,maka dia diminta untuk menjadi seorang khalifah dalam masarakat.

Dia mengajak dan membimbing masarakat untuk bekerja rajin memakmurkan bumi ALLAH artinya memakmurkan masarakat, memberikan lapangan kerja kepada pemuda2 dan pemudi2, mendirikan sekolah2 bermacam disiplin ilmu agar setiap muslim bisa pula menjadi seorang khalifah atau pemimpin dalam kelompok2nya.

Inilah perintah ALLAH itu.

"Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi". (QS.35:39.)

"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi ini"QS.2:30

Kesimpulan:

Tujuan hidup manusia di ciptakan oleh ALLAH sesuai dengan difenisi oleh ayat2 ALLAH tersebut dibawah ini;

1.QS.56"51.“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah(bekerja) kepada-Ku"

Tugas hidup manusia
di ciptakan oleh ALLAH sebagi berikut dibawah ini:

2.(QS.11:61). “Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia).

3.(QS..57:25).”Dan Kami ciptakan besi (dan perak, emas, almunium tembaga, minyak, dll) yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia (untuk di-olah), dan supaya ALLAH mengetahui siapa yang menolong agama Nya (Islam) dan Rasul2 padahal Allah tidak dilihatnya.

4.”.(QS.58:11)“ALLAH akan meninggikan orang orang yang beriman di antara mu dan orang orang yang menuntut ilmu pengetahuan (belajar) beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
5.QS.2:30"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi ini"

"Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi". (QS.35:39.)
.
Demikianlah ALLAH memberitahukan, apa tujuan dan tugas hidup manusia di bumi ini menurut ALLAH yang menciptakan manusia.
.
Mudah2an kita sebagai pekerja2 atau hamba2 ALLAH yang baik,yang taat, maka marilah kita perbaharui niat dan tujuan hidup kita semoga kita semua mendapat kasih sayang , kepercaaan dan cinta ALLAH. Semoga hidup yang sekali ini akan sukses dan diberkahi oleh ALLAH.
.
Kalau kita cinta dan takut kepada ALLAH mari kita rajin2 belajar dan bekerja untuk mensejahterakan keluarga,masarakat dan umat islam pada umumnya agar umat2 lain dapat mencontoh cara hidup yang benar dari ALLAH.
.
Semoga penjelasan yang singkat ini dapat menggugah hati2 pemuda2 islam yang ingin melihat umat Islam berjaya kembali dalam segala aspek penghidupan.

Semoga masarakat islam menjadi masarakat Rahmatan lil’alamin buat kemanusian.Kalau benar itu datang dari ALLAH mohon di taati dengan baik,kalau salah itu datang dari saya karena kelamahan saya, mohon dikoreksi dan mohon maaf.
.
Jadi ajaran2 islam itu adalah indah sekali, ajaran2 yang membawa umat islam dan non islam kepada kemajuan2 dalam segala aspek penghidupan. Itulah ajaran ALLAH yang benar.

Sebaliknya ajaran2 yang mengatasnamakan islam tetapi tidak membawa umat menjadi sejahtera dan damai,maka pemahaman ajaran islam itu adalah salah kaprah.
.
Marilah saya ajak anda untuk berjuang menuju masarakat yang bermanfaat didunia berarti di akhirat. Berzikir, pikir dan ikhtiar

Keep your hands busy with works; keep your mouth busy with remembrance of Allah and leave inheritance as much as possible. Love your neighbor as you love yourself.

Hadist; Kamu belum beriman kepada Allah, kalau kamu belum mencintai tetangga kamu(baik islam maupun non islam)

wassalamu'alaikumm.wrwb.



Tiga Tugas Manusia

Tiga Tugas Manusia

Republika OnlineJumat, 30 Desember 2005
Tausiyah

Bila semua yang dilakukan kita niatkan sebagai ibadah; sebagai sarana meraih ridha Allah, pasti hidup kita akan tenang. Saudaraku, satu hal penting dalam hidup adalah memiliki tujuan. Kita harus bisa menjawab: untuk apa kita hidup dan apa yang harus kita lakukan untuk mengisinya.

Memahami secara benar tujuan hidup, akan membuat semua yang kita lakukan lebih terarah, terfokus dan kita pun bisa terhindar dari perbuatan sia-sia. Orang yang memiliki tujuan, walau lambat jalannya, jauh lebih baik dari orang yang melakukan percepatan tapi tidak memiliki tujuan. Walau lambat, asal istikamah melangkah, insya Allah ia akan sampai ke tempat tujuan.

Setidaknya ada tiga tugas utama yang menanti kita, dan ke sanalah tujuan hidup kita arahkan. Tugas pertama adalah beribadah kepada Allah SWT. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku," demikian firman Allah dalam QS Adz Dzaariyat [51] ayat 56. Jadi, kita adalah hamba Allah. Kita harus yakin tiada penguasa yang kekal abadi selain Allah. Kita harus yakin bahwa semua yang ada di dunia ini seratus persen ada dalam genggaman Allah. Juga, semua yang terjadi mutlak atas izin Allah. Hikmahnya, kita tidak boleh menjadi hamba apa pun, selain menjadi hamba Allah.

Saudaraku, bila semua yang dilakukan kita niatkan sebagai ibadah; sebagai sarana meraih ridha Allah, pasti hidup kita akan tenang. Jaminan Allah tidak akan tertukar. Masalahnya, sudah ikhlas atau belum niat kita; sudah benar atau belum ikhtiar kita?

Kedua, tugas sebagai khalifah. Allah Yang Mahamulia menjadikan kita sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Maka, jangan pernah terbetik dalam pikiran untuk menyia-nyiakan amanah besar ini. Jangan pernah terpikir untuk bertindak setengah-setengah, delapan puluh persen, atau sembilan puluh persen. Lakukanlah seratus persen. Lakukan secara maksimal, agar hasil yang kita dapatkan maksimal pula.

Saudaraku, hidup hanya sekali. Maka lakukanlah yang terbaik, agar saat kematian kelak, kita tengah berada di puncak prestasi. Boleh jadi inilah rahasia mengapa Allah merahasiakan kematian kita. Tujuannya tidak lain agar kita bersungguh-sungguh dan melakukan yang terbaik kapan pun dan di mana pun. Kita harus maksimal dalam bekerja agar mendapatkan uang banyak. Kiat pun harus maksimal dalam belajar agar menjadi pintar. Tentu, semuanya bukan untuk memperkaya dan memintarkan diri, kita mampu mensejahterakan dan memintarkan orang lain. Kita cukup menjadi perantara saja. Jadilah manusia terbaik. Yaitu manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Ketiga, tugas untuk berdakwah. Saudaraku, di mana pun kita ada, kita harus berdakwah menyebarkan nilai-nilai Islam. Tentu, cara dakwah kita harus sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah SAW. Setidaknya ada dua formula dakwah yang bisa kita terapkan, yaitu (1) menjadi bukti keindahan Islam. Akhlak kita harus mencerminkan nilai-nilai Islam, mulai dari cara makan, bergaul, berkata, bersikap, berkeluarga, hingga berpolitik harus bisa mencerminkan indahnya Islam. (2) Dakwah yang kita lakukan bukan untuk menghakimi, tapi untuk membantu; membantu orang yang tidak paham, menjadi paham Islam; membantu orang yang lupa menjadi ingat; membantu orang bodoh menjadi pintar; membantu orang lalai menjadi sungguh-sungguh, dst. Tugas kita hanyalah memberi peringatan. Wallahu a'lam.

( KH Abdullah Gymnastiar )

Tugas Manusia (Khalifah)

QS:2:30 Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

7:28 Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa".
7:29 Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas (oleh Fir'aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang. Musa menjawab: "Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu.

27:62 Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati (Nya).

35:39 Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.

38:26 Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.

Senin, 22 Oktober 2007

Penciptaan Manusia 2

Proses Penciptaan Manusia 2 (Di bumi sekarang ini)

QS:80:18 Dari apakah Allah menciptakannya?
QS:80:19 Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya.

QS:23:12 Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
QS:23:13 Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
QS:23:14 Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

40:67 Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes, air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).

53:45 dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,
53:46 dari air mani, apabila dipancarkan.

QS:75:37 Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),
QS:75:38 kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,
QS:75:39 lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki laki dan perempuan.

QS:76:1 Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
QS:76:2 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.

53:45 dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,
53:46 dari air mani, apabila dipancarkan.

QS:32:8 Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).

QS:18:37 Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?

QS:16:4 Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata.

QS:35:11 Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lohmahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.

36:77 Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

40:67 Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes, air mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami (nya).

QS:23:15 Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
QS:23:16 Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.

QS:22:5 Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Penciptaan manusia

2:29 Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

2:30 Dan Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
2:31 Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"
2:32 Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
2:33 Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
2:34 Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
2:35 Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.
2:36 Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan".
2:37 Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
2:38 Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati".


3:33 Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing),
3:34 (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

3:59 Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia.

5:27 Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti membunuhmu!" Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
5:28 "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."
5:29 "Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang dzalim."
5:30 Maka hawa nafsu Kabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.
5:31 Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Kabil) bagaimana dia seharusnya menguburkan mayit saudaranya. Berkata Kabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayit saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.


7:11 Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam"; maka mereka pun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
7:12 Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis: "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".
7:13 Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka ke luarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".
7:14 Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".
7:15 Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh."
7:16 Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,
7:17 kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).
7:18 Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semuanya".
7:19 (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang dzalim".
7:20 Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
7:21 Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua",
7:22 maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?"
7:23 Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi".
7:24 Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan".
7:25 Allah berfirman: "Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
7:26 Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
7:27 Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya `auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.
7:28 Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah: "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?
7:29 Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)".
7:30 Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.
7:31 Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

7:35 Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
7:36 Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

7:43 Dan Kami cabut segala macam dendam yang berada di dalam dada mereka; mengalir di bawah mereka sungai-sungai dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran". Dan diserukan kepada mereka: "Itulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan."


7:172 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
7:173 atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"
7:174 Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).



15:24 Dan sesungguhnya Kami telah mengetahui orang-orang yang terdahulu daripada-mu dan sesungguhnya Kami mengetahui pula orang-orang yang terkemudian (dari padamu).
15:25 Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang akan menghimpunkan mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
15:26 Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
15:27 Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.



17:61 Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu semua kepada Adam", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia berkata: "Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?"
17:62 Dia (iblis) berkata: "Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil".
17:63 Tuhan berfirman: "Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka Jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.
17:64 Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka.
17:65 Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-Kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu.

17:70 Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.


18:50 Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.
18:51 Aku tidak menghadirkan mereka (iblis dan anak cucunya) untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi dan tidak (pula) penciptaan diri mereka sendiri; dan tidaklah Aku mengambil orang-orang yang menyesatkan itu sebagai penolong.



20:115 Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.
20:116 Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang.
20:117 Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka.
20:118 Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang.
20:119 dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya".
20:120 Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
20:121 Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.
20:122 Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima tobatnya dan memberinya petunjuk.
20:123 Allah berfirman: "Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka.


20:130 Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.