Suluk Wijil

9 Sang Arif berkata lembut “Hai Wujil, kemarilah!” Dipegangnya kucir rambut Wujil Seraya dielus-elus Tanda kasihsayangnya “Wujil, dengar sekarang Jika kau harus masuk neraka Karena kata-kataku Aku yang akan menggantikan tempatmu” ... 11 “Ingatlah Wujil, waspadalah! Hidup di dunia ini Jangan ceroboh dan gegabah Sadarilah dirimu Bukan yang Haqq Dan Yang Haqq bukan dirimu Orang yang mengenal dirinya Akan mengenal Tuhan Asal usul semua kejadian Inilah jalan makrifat sejati”

Selasa, 23 Oktober 2007

Tiga Tugas Manusia

Tiga Tugas Manusia

Republika OnlineJumat, 30 Desember 2005
Tausiyah

Bila semua yang dilakukan kita niatkan sebagai ibadah; sebagai sarana meraih ridha Allah, pasti hidup kita akan tenang. Saudaraku, satu hal penting dalam hidup adalah memiliki tujuan. Kita harus bisa menjawab: untuk apa kita hidup dan apa yang harus kita lakukan untuk mengisinya.

Memahami secara benar tujuan hidup, akan membuat semua yang kita lakukan lebih terarah, terfokus dan kita pun bisa terhindar dari perbuatan sia-sia. Orang yang memiliki tujuan, walau lambat jalannya, jauh lebih baik dari orang yang melakukan percepatan tapi tidak memiliki tujuan. Walau lambat, asal istikamah melangkah, insya Allah ia akan sampai ke tempat tujuan.

Setidaknya ada tiga tugas utama yang menanti kita, dan ke sanalah tujuan hidup kita arahkan. Tugas pertama adalah beribadah kepada Allah SWT. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku," demikian firman Allah dalam QS Adz Dzaariyat [51] ayat 56. Jadi, kita adalah hamba Allah. Kita harus yakin tiada penguasa yang kekal abadi selain Allah. Kita harus yakin bahwa semua yang ada di dunia ini seratus persen ada dalam genggaman Allah. Juga, semua yang terjadi mutlak atas izin Allah. Hikmahnya, kita tidak boleh menjadi hamba apa pun, selain menjadi hamba Allah.

Saudaraku, bila semua yang dilakukan kita niatkan sebagai ibadah; sebagai sarana meraih ridha Allah, pasti hidup kita akan tenang. Jaminan Allah tidak akan tertukar. Masalahnya, sudah ikhlas atau belum niat kita; sudah benar atau belum ikhtiar kita?

Kedua, tugas sebagai khalifah. Allah Yang Mahamulia menjadikan kita sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Maka, jangan pernah terbetik dalam pikiran untuk menyia-nyiakan amanah besar ini. Jangan pernah terpikir untuk bertindak setengah-setengah, delapan puluh persen, atau sembilan puluh persen. Lakukanlah seratus persen. Lakukan secara maksimal, agar hasil yang kita dapatkan maksimal pula.

Saudaraku, hidup hanya sekali. Maka lakukanlah yang terbaik, agar saat kematian kelak, kita tengah berada di puncak prestasi. Boleh jadi inilah rahasia mengapa Allah merahasiakan kematian kita. Tujuannya tidak lain agar kita bersungguh-sungguh dan melakukan yang terbaik kapan pun dan di mana pun. Kita harus maksimal dalam bekerja agar mendapatkan uang banyak. Kiat pun harus maksimal dalam belajar agar menjadi pintar. Tentu, semuanya bukan untuk memperkaya dan memintarkan diri, kita mampu mensejahterakan dan memintarkan orang lain. Kita cukup menjadi perantara saja. Jadilah manusia terbaik. Yaitu manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.

Ketiga, tugas untuk berdakwah. Saudaraku, di mana pun kita ada, kita harus berdakwah menyebarkan nilai-nilai Islam. Tentu, cara dakwah kita harus sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah SAW. Setidaknya ada dua formula dakwah yang bisa kita terapkan, yaitu (1) menjadi bukti keindahan Islam. Akhlak kita harus mencerminkan nilai-nilai Islam, mulai dari cara makan, bergaul, berkata, bersikap, berkeluarga, hingga berpolitik harus bisa mencerminkan indahnya Islam. (2) Dakwah yang kita lakukan bukan untuk menghakimi, tapi untuk membantu; membantu orang yang tidak paham, menjadi paham Islam; membantu orang yang lupa menjadi ingat; membantu orang bodoh menjadi pintar; membantu orang lalai menjadi sungguh-sungguh, dst. Tugas kita hanyalah memberi peringatan. Wallahu a'lam.

( KH Abdullah Gymnastiar )